Oreo

Oreo
Siapa yang ngga suka Oreo?

Kamis, 21 September 2017

A Timeless Processed Fish; Pempek Palembang



Today, as usual, I woke up from my bed, prepare for college and ready to write a new story. After having personal preparation I walked into the kitchen for having breakfast. Can you guess what is my meal for today? I have 4 pieces of pempek complete with cuko, a pair of Palembang’s traditional cuisine. Simply that was a perfect formula on facing new experience, never bored on them !. Even sometimes in one day I just having pempek for completing breakfast, lunch, and dinner. In my opinion, pempek recently has transformed into staple food coupled with rice for Palembang’s citizen. You will find it so simple, pempek is sold by various segments of society either by a five-star restaurant or street vendors.
Pempek originally is made by fresh fish, sago flour, salt, and some additional ingredient depend on its type. At first, fish has to destroyed into small pieces and mix it with water, flour, and salt. It seems so easy to step on process making pempek, exactly make the taste of pempek depend with feeling skill and experience. We can make a mixture from various kind of fish starting from tenggiri, gabus, etc. Every difference of fish, a composition of flour, amount of water will create different taste even that was too little. Historically, there have been pempek in Palembang since the influx of Chinese immigrants to Palembang, which is around the 16th century while Sultan Mahmud Badaruddin II ruling Palembang Darussalam Sultanate. Pempek name believed to come from mention apek, the term for the old man Chinese descent. Based on folklore around the year 1617 a 65-year old living in Daerah Perakitan (banks of Musi River) are concerned witnessed fish catches abundant in the Musi River. The result has not been entirely put to good use, almost citizen just both frying and boiling it. The old man then tried other treatment alternatives. With fellow Chinese friend, he minced fish meat mixed with tapioca flour finally resulting new foods. The new food sold by them by cycling around Palembang city and citizen’s response was satisfying. Because pempek was vend by bicycle sometimes people were yelled “apek-apek” to making them stopping their vehicle. In the long run, most people called the new food as pempek because it spell ed repeated belong to the seller. 
Recently there are many kinds of pempek, especially after significant technology development and globalization. Every bargainer is competing on selling pempek, as much as possible gain public attention. Lenjer, Adaan, Kapal-Selam, Kulit, are some general type of pempek which has been existed, in my opinion, all of them are yummy. Might be people other than those staying in Palembang are mostly recognize Pempek Kapal-Selam, the big one therewith egg yolk. You will identify it look like shell form swimming on black water accompanied by some cucumber. Second most popular are Pempek Lenjer, simply every people if be commanded making pempek are preferred to choose it. Pempek lenjer is simple to make, the shape is long and tabulates no more additional ingredient beside primary substance. My favorite is Pempek Adaan because taste very strongly met by spice and no fishy smell at all. It has ball-shape and sometimes pempek adaan are filled by rough garlic depending on appetite. Almost pempek’s appearance are white except for Pempek Kulit who have dark gray color. Because pempek kulit are made by fish’s skin not the same as the others. If we give pempek to some cat around us maybe pempek kulit will be hotly contested because of very strong fish flavor. In health side, pempek contains a variety benefit especially because contain fish. Everyone will receive a high amount of protein, calcium, phosphor, and some vitamin which is useful for health. It also can be alternative to replace rice because sufficient carbohydrates daily need. Consumption of fish for Indonesian people classified as below average according to data. Processing fish’s resource into pempek could be the best solution for creating high attention of fish consumption.
Today people are creative on making pempek, some innovation is presented to us. Newly in Jakarta, we have heard about Pempek Hitam, created from special black charcoal which safe for our body. The idea to create a black Pempek crossed by the seller Jovita and Devi Halim (quoted from Tribune-Kaltim, December 5th, 2015). "Because our parents are from Palembang and see pempek is a traditional food that is very distinctive and also good that comes to mind to sell pempek in Jakarta, with the aim that pempek be more attractive to the public," said Jovita, owner Pempek Shinta. They said that purpose of making pempek Hitam is getting teenager’s attention to eat traditional food on leisure time. Moreover in Palembang city exactly, Pempek Krispi now being a famous name among people’s conversation. It is further development, a new variant of pempek kulit which has been discussed above. Pempek krispi has wonderful taste and tempting, the best recommendation for you who hate fish aroma. They also have very thin shape compared to another type, making us sound like eating a cracker. Hereafter pempek raw materials are not always fish, makers sometimes create it from shrimp, squid, even meatless. Yeah, the last I spell is called Pempek Dos, just consist of flour and salt. Globalization, rapid development, and economy demand have push people to be more creative.
Usually eating pempek are companies with special complement called cuko, black creature with a unique flavor. Quotes said that eating pempek is never delicious if not completed with cuko. How to make this liquid? Just need brown sugar, garlic, tamarind, chili, and salt. Cuko has a function to prevent us from nausea because of fishy taste form that pempek. Everyone recognizes cuko as weak black water with spicy-sweet sense, don’t confuse with vinegar (acetic acid) although they have the same label. Simply pempek and cuko are the best cuisines for everyone, every time, and every moment

Jumat, 26 Mei 2017

Poster Ilmiah Pertama

Kurang lebih satu setengah tahun yang lalu aku mengikuti lomba yang diselenggarakan oleh AMSA-Indonesia.  Nama acaranya adalah Indonesia Medical Student Training and Competition, tuan rumahnya adalah AMSA-Universitas Brawijaya. Jadi waktu itu aku punya yaa bisa dibilang impian kalau nanti waktu acara di Malang bakal banyak delegasi dari kampusku. Karena sedih aja misal keluar kota tapi yang nemenin dikit. Kesempatan itu adalah perjalanan keluar kota kesekian kalinya buat diriku tanpa beserta keluarga. Seneng banget rasanya bisa ke Malang, apalagi ini edisi pertamaku kesana. Singkat kata aku berusaha mengajak serta meyakinkan teman-teman kampusku untuk berangkat juga. Segala macam cara aku coba mulai dari promosi kegiatan apa aja yang bakal dilakuin, jelasin serunya explore Kota Malang, sampe cara terakhir yang diluar prediksi sih haha. Cuma jangan salah lho, justru langkah out of the box itulah yang berhasil menarik dua delegasi tambahan. Pasti ngga masuk radar perkiraan nih yaa haha. Yah, adalah dengan mengajak ikutan lomba. Orang yang ngga pernah bikin karya ilmiah tiba-tiba "maksain' temen ngehasilin


sebuah poster ilmiah. Nice Job Prima! Panjang cerita setelah berhasil "menghasut" hehehe aku beserta dua teman baikku yaitu Rizka Febriana serta Ririn Puspita ikut lomba poster ilmiah. Dengan beberapa kali diskusi baik lewat media sosial maupun ketemu langsung, lalu dibuat dalam secarik kertas digital. AKHIRNYA haha inilah hasil karya kami, makasih sebesar-besarnya buat Rizka dan Ririn yang mau nemenin buat poster ini juga nemenin jalan-jalannya di Malang. Kali pertama bikin karya yang ilmiah gini. Jujur buat aku pribadi ini merupakan pembelajaran dan pengalaman yang sangat-sangat berharga. Aku banyak belajar dari Rizka sama Ririn, btw mereka itu pinter banget lho pokoke juara kampus deh.

Terhipnotis, oleh Pangkalpinang-mu

Terhipnotis, oleh Pangkalpinang-mu
oleh Nugroho Saputro

Memang, ada apa sih dengan tanah Bangka? Apalagi ibukotanya itu tuh, Pangkalpinang? Ternyata, tanah Bangka banyak menyimpan pesona yang belum kita jamah. Sehingga, Bangka, terutama #pesonapangkalpinang nya patut dijelajahi inchi per inchi bagi wisatawan maupun pecinta traveling serta kuliner. Bangka tak hanya soal komoditas timahnya, yang menjadikan Indonesia menjadi lima besar tulang punggung dunia atas komoditas tersebut. Timah Bangka begitu melegenda. Ditemukan dalam bentuk deposit yang besar pada sekitar abad ke-18, membuat eksploitasi tambah timah menjadi booming di Bangka. Terlebih ketika negara penjajah Belanda lagi dalam keadaan “Miskin” akibat Perang Diponegoro dan juga pendudukan Napoleon, membuat Timah Bangka langsung disedot dan dikirim ke Eropa. Sehingga, perekonomian Belanda secepat kilat menjadi kuat, bahkan disegani dunia, berkat tambang-tambang yang ada di negeri ini, termasuk Timah Bangka. Namun, kita patut beruntung karena penjajah Belanda dan Jepang tidak menyedot habis deposit timah yang ada di Bangka. Karena, sampai saat ini, Indonesia masih menikmati besarnya deposit timah yang ada di bumi Bangka.

Memang ada apa sih dengan kehidupan masyarakat Bangka, terutama penduduk Kota Pangkalpinang? Dengan #pesonapangkalpinang nya, mampu membuat masyarakatnya menjunjung tinggi persatuan di dalam kebhinekaan. Etnis Melayu dan Tionghoa yang merupakan mayoritas, disusul oleh para etnis-etnis lainnya yang ada di Indonesia, cukup memberikan warna kemajemukan demografi masyarakat Pangkalpinang dan Bangka sendiri. Hal tersebut dapat terlihat dengan banyaknya rumah peribadatan yang dibangun secara berdampingan. Ketika terjadi hari-hari besar keagamaan, tak jarang seluruh masyarakat bahu-membahu mengamankan tempat peribadatan tersebut guna rangkaian acara untuk memperingati hari-hari besar keagamaan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Malahan, sebagian warga yang beragama lain pun turut membantu mengamankan acara tersebut. Berbagai festival, seperti festival Ruwahan, festival menyambut semarak bulan Ramadhan, dan festival Barongsai menyambut Imlek, tak jarang diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa memandang etnis dan agama. Semua lapisan masyarakat mengikuti acara tersebut dengan antusias yang tinggi. Sehingga, acara festival berlangsung dengan semarak yang atraktif dan juga lancar. Sehingga cocok menjadi tontonan yang menghibur, baik bagi masyarakat Kota Pangkalpinang sendiri maupun wisatawan yang sedang melepas penatnya di Kota yang memang penuh dengan cerita tersebut.
  
Tak hanya melulu soal toleransi agama, namun juga keseharian masyarakat Kota Pangkalpinang yang seolah tidak dapat hidup secara individualisme. Hal tersebut dapat terlihat di waktu pagi. Dimana, warung kopi menjadi semacam oase bagi masyarakat Kota Pangkalpinang untuk bercengkerama sekaligus bersosialisasi. Tak jarang, istilah ngerumpi, yang merupakan kebiasaan kaun hawa, juga berlaku bagi kaum Adam ketika kongkow-kongkow bersama masyarakat Kota Pangkalpinang lainnya. Beragam topik pun dibicarakan, biasanya merupakan pemberitaan terkini. Seperti, sepak terjang si Ahok yang merupakan putra daerah Bangka menjadi Gubernur DKI Jakarta, lalu pro-kontra soal kebijakan Ahok dalam memimpin DKI Jakarta, lalu berlanjut tentang Walikota Pangkalpinang sendiri yang konon katanya merupakan sosok yang visioner dan pernah menempuh pendidikan menengah atasnya di salah satu sekolah boarding school di Kota Bandung, dan beragam polemik sosial-masyarakat lainnya. Bahkan, Artika Sari Devi yang konon katanya merupakan putri Bangka asli pun tak luput dari perbincangan setelah ia meraih posisi 15 besar di ajang Miss Universe yang pada saat itu dihelat di Thailand. Dan, banyak topik lain yang dapat menjadi perbincangan, seperti politik, korupsi dan berbagai topik lainnya. Sehingga, tak ada salahnya bagi para turis untuk mencoba merasakan pagi di Kota Pangkalpinang dengan menyerumput kopi di warung kopi, sembari bercengkerama dengan penduduk asli Kota Pangkalpinang. Dan, menjelang jam setengan sembilan, baru warung-warung kopi perlahan-lahan menjadi sepi. Dimana, selepas kongkow-kongkow, barulah denyut nadi aktivitas masyarakat dan perekonomian di Kota Pangkalpinang menampakkan geliatnya.
  
Sebagai bagian dari cerita perjuangan kemerdekaan, rasanya tak pas jika tidak mengikutsertakan Bangka, yang merupakan tempat pembuangan para founding fathers serta pejuang nasional lainnya oleh Belanda. Namun sayang, rumah bersejarah tersebut terletak di Muntok, dimana keberadaannya cukup jauh dari Kota Pngkalpinang sendiri. Namun, bagi pecinta sejarah dan pengagum arsitektur Belanda, Kota Pangkalpinang juga menawarkan bangunan ikonik yang pasti akan dibuat terkesan. Seperti, Menumbing Heritage Hotel, dengan eksterior kolonialismenya yang kental namun kontras dengan interiornya yang bernuansa Jepang. Selain itu, ada juga Latrasee Bistro atau House of Lay. Berdiri sejak 1860, bangunan yang memadukan nuansa Melayu dan Hakka, oleh pengelolanya diusahakan agar dapat tembus sebagai Bangunan Cagar Budaya UNESCO. Jangan pula lupakan Museum Timah Bangka sebagai destinasi yang wajib dikunjungi. Dimana, wisatawan dapat mengetahui perjalanan Bangka Belitung, dari yang awalnya merupakan wilayah agraris, lalu menjadi wilayah yang bergantung kepada Timah, dan kini bermetamorfosa menjadi wilayah yang perekonomiannya berkembang pesat. Dimana, sektor sekunder dan tersier, terutama industri jasa dan pariwisata mendominasi perekonomian Bangka Belitung dan tidak lagi sepenuhnya bersandar pada Timah seutuhnya. Mengingat, masyarakat Bangka kini sadar, bahwa Timah merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui serta dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat aktivitas penambangan Timah itu sendiri bagi lingkungan.

Bangka Belitung tak hanya melulu tentang Pantai Parai yang memang sudah tersohor. Masih ingatkah dengan booming film Laskar Pelangi? Dimana, film tersebut menampilkan latar keindahan pesona Pantai Tanjung Tinggi, Pantai Tanjung Kelayang, dan SD Muhammadiyah. Namun sayangnya, objek wisata tersebut terletak di Belitung. Sehingga, perlu menyeberang laut untuk menuju kesana. Lalu, bagaimana dengan #pesonapangkalpinang nya sendiri? Sebagai kota yang terletak di pesisir, Kota Pangkalpinang menawarkan berbagai pantai yang begitu memukau wisatawan. Masih ada Pantai Pasir Padi dan Pantai Tanjung Bunga, yang menawarkan pemandangan spektakuler, tak kalah indahnya dibandingkan Pantai Parai maupun Bali yang memang sudah tersohor ke seluruh dunia. Tak hanya objek wisata semata, kedua pantai tersebut juga menawarkan resort bagi para wisatawan yang memang sedari tujuan awalnya ingin bermalas-malasan dan berlibur di Kota Pangkalpinang dan sekitarnya. Menyediakan fasilitas yang mampu membuat wisatawan merasa begitu dimanjakan, seperti hotel yang nyaman, restoran, fasilitas jetski, fasilitas diving, dan lain-lain hingga wisatawan dibuat betah. Bagi yang butuh udara segar dan pemandangan hijau, Bangka Botanical Garden dan Tamansari bisa menjadi alternatif untuk dikunjungi. Tak hanya untuk mencari oksigen, namun juga berolahraga sekaligus bercengkerama dengan masyarakat sekitar.


Salah satu tempat peribadatan yang ada di Kota Pangkalpinang. Sumber: http://poskotanews.com/cms/wp-content/uploads/2016/07/pangkalpinang-satya-budhi-700x400.jpg

Bagaimana dengan kuliner di Kota Pangkalpinang? Tak perlu pergi jauh-jauh ke Mong Kok, Hong Kong maupun ke Singapura. Bangka adalah surganya Chinese Food serta aneka oleh-oleh. Sebagai bagian dari bekas pemekaran Provinsi Sumatera Selatan dan juga banyaknya etnis Tionghoa yang telah menjadi bagian dari masyarakat Provinsi Bangka Belitung, terutama Kota Pangkalpinang, makanan berbahan ikan belida dan gurami, serta bau-bau kecap ikan, kecap asin, angchiu, kecap santa, kecap inggris, dan bumbu crot-crotan lainnya lazim ditemui. Seperti Pempek, Tekwan, Martabak Bangka, dan Mie Bangka. Namun, sebaiknya cobalah Mie Bangka saat berada di Bangka, karena keotentikan Mie Bangka tetap terjaga dan berbeda dengan Mie Bangka di daerah yang lain. Demikian juga dengan dominasi Seafood yang tak kalah nendang. Dimana, jajanan tersebut cukup banyak dijumpai di jalanan Kota Pangkalpinang itu sendiri. Selain Chinese Food dan Seafood, wisatawan juga wajib mencoba masakan melayu khas Bangka, salah satunya ialah Lempah Kuning. Walau termasuk dalam kategori Seafood, dijamin ikan bebas bau amis. Bahkan sangat enak dan terasa segar jika ikan yang digunakan langsung diambil dari laut. Terlebih lagi ditambah dengan tomat hijau dan potongan nanas, menambah rasa asam dan segar. Sehingga sangat cocok disantap dengan nasi panas, baik untuk makan siang maupun makan malam.

Puas berkeliling Kota Pangkalpinang, saatnya menjajal kuliner yang dapat dijadikan oleh-oleh dari Kota Pangkalpinang. Beragam hasil olahan buah dan seafood diolah sedemikian rupa oleh masyarakat Kota Pangkalpinang untuk para wisatawan sebagai buah tangan, seperti Keripik Singkong Riski, Abon Cabe Adinda, Piang Nanas Cap Ed, Keripik Cumi Kering Nina, Siput Gung-gung, Asinan Kelubi, Getas, Sambelingkung Ikan Kakap dan Tenggiri, serta Kemplang. Memang, kuliner serta oleh-oleh khas Bangka terkenal akan ragam pilihan. Sehingga, membuat para wisatawan bingung mau memilih yang mana. Namun, bagi pecinta cita rasa gurih, pedas, dan asam, kuliner Bangka memang patut untuk dicoba.

Memang tak semua, namun itulah #pesonapangkalpinang yang dapat memikat wisatawan. Begitu indah, seakan-akan secuil kahyangan turun langsung ke Nusantara tercinta melalui tanah Bangka. Walaupun telah puas dijelajahi, namun pada akhirnya akan membuat para wisatawan maupun traveler kembali lagi ke tanah Bangka karena telah terhipnotis oleh #pesonapangkalpinang yang tak akan terlupakan....