Oreo

Oreo
Siapa yang ngga suka Oreo?

Sabtu, 16 Februari 2019

Memetik Manfaat dari Kegiatan Pertukaran Pelajar

Sepuluh siswa SMA Terpadu (SMAT) Krida Nusantara, Bandung, tengah bersiap-siap menanti penerbangan menuju Melbourne, Australia. Mereka adalah Anggina Dwi Reswari, Helen Anastasya, Levy Almas, Alvieda Giffani, Tri Anggita, Zulfikar Caesar, Jonathan Reza, Prihartanto Nursatya, Lucky Jeremy, dan saya sendiri, Prima Cakra. Kami merupakan duta pertukaran pelajar yang terpilih dari sekolah setelah melalui beberapa tahap seleksi.
            Setelah 6 jam penerbangan dari Jakarta tibalah kami di kota destinasi, Melbourne. Di sana kamu langsung dijemput oleh orang tua asuh (guest parents) masing-masing. Seperti diplomat, kami ini mengemban nama baik negara sekaligus memikul tanggung jawab menyampaikan budaya baik bangsa. Kesepuluh duta disebar ke tiga sekolah di Kota Melbourne, yaitu PEGS, Fintona Girl School, dan Scotch Collage. Pengalaman luar biasa mulai kami rasakan.
            Bisa berinteraksi dan mempraktikkan bahasa Inggris langsung dengan sumbernya merupakan kesempatan emas dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris. “Selain kami yang menggunakan bahasa Inggris, mereka juga  beberapa kali memamerkan keahlian bahasa Indonesia mereka di depan kami meskipun sangat banyak terdapat kesalahan dalam tata bahasa ataupun pengucapannya,” tutur Jonathan Reza. Kebetulan, di tiga sekolah tersebut memang ada kurikulum bahasa Indonesia sebagai subjek mata pelajaran pilihan.
            Kami yang tergabung dalam program pertukaran pelajar ini mengikuti kegiatan pembelajaran sekolah layaknya pelajar di sana. Kami juga ikut merasakan kegiatan ekstrakulikuler seusai jam sekolah regular seperti sepak bola, rugby, hoki, tenis, dan sebagainya. Di luar itu, tentu saja kami juga tak menyia-nyiakann kesempatan berjalan-jalan mengunjungi beberapa destinasi wisata dan menikmati suasana Kota Melbourne Bersama siswa pertukaran dari negara lain. Duta pertukaran pelajar yang ditempatkan di Scotch Collage, misalnya, mendapat kesempatan melihat hewan-hewan khas Australia di Heasville Sanctuary dan mengunjungi tempat ditemukannya emas terbesar kedua di dunia, Soveirgn Hill.

Mengenal lebih dalam
            Tak dapat disangkal remaja saat ini sedang dilanda arus westernisasi. Apakah menguntungkan atau merugikan? Keduanya sama-sama memberikan alasan yang kuat. Namun, siapa yang tahu pandangan kita tentang kehidupan barat tidak total benarnya. Para pelajar pertukaran sudah mengalami langsung bagaimana keseharian yang dilakukan masyarakat di Kota Melbourne. Kebebasan liberal yang mereka anut terutama oleh generasi muda bukanlah tanpa batasan-batasan tertentu.
            Generasi muda benar-benar menjadi fondasi bagi kemajuan “Negeri Kanguru”. Oleh karena itu, pemerintah negeri tersebut sebisa mungkin menjaga keberadaan mereka. Jarang terlintas bahkan hampir tidak pernah ada pemuda berumur 18 tahun melakukan perilaku-perilaku yang sebetulnya hanya dilakukan orang dewasa. Mereka pun tidak malu untuk menggunakan kendaraan publik meskipun ketika sedang berakhir pekan Bersama rekan-rekannya. Hebatnya lagi perilaku itu mereka lakukan tas kesadaran mereka sendiri bukan hanya karena paksaan aturan yang mengikat.
            Upah pekerja di sana memang cukup tinggi jika dibandingkan dengan di Indonesia. Pekerjaan yang hanya dilakukan setiap akhir pean saja bila dirupiahkan bisa mencapai lebih dari satu juta rupiah. Tak mengherankan kalau banyak mahasiswa Indonesia yang tengah mengenyam Pendidikan di sana cenderung mengambil pekerjaan sampingan. Hal ini tentu menjadi pembiasaan yang bermanfaat bagi terbentuknya kemandirian.
            Dalam hal makanan, ada satu hal yang saya cermati, mereka tidak dapat membuat makanan layaknya orang Indonesia yang kaya akan rempah-rempah dan dengan teknik pembuatan yang cukup rumit. Mungkin ini juga disebabkan dinamisnya kehidupan di sana yang membuat mereka terpaksa melakukan segala sesuatu serbacepat. Untuk satu hal ini, menurut saya, kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga memiliki variasi kuliner yang kaya dengan cita rasa.
            Bila dicermati lebih mendalam kegiatan pertukaran pelajar selama satu bulab ini sangat bermanfaat untuk membuka cakrawala, mengamati budaya positif dari masyarakat Australia yang tidak ada salahnya kita adaptasi. Tentu saja bukan hal sadap-menyadap seperti yang ramai dibicarakan di media belakangan ini, ya. Semoga saja kegiatan seperti ini bisa menjadi wahana memperkaya wawasan dan kemandirian. (Prima SMAT-KN)

Jumat, 15 Februari 2019

Cara Tepat Belajar di Asrama

Seperti yang telah diketahui bahwa kita menempuh pendidikan di sekolah berasrama. Berbicara soal cara belajar setiap orang berbeda-beda termasuk di Krida sendiri. Nah, artikel ini akan membahas tentang cara belajar sekaligus menyangkut-pautkannya dengan kehidupan siswa berasrama. Selamat membaca
  • Menyesuaikan pola pikir
Setiap orang pasti memiliki pola pikir yang berbeda-beda. Oleh karena itulah disetiap membaca dan memahami isi bacaan harus dengan kemampuan masing-masing.
  •         Sering berdiskusi dengan teman
Secara tidak langsung belajar dengan berdiskusi akan mempercepat pemahaman karena yang kita ingat bukan materi tetapi hal-hal yang kita lakukan. Lebih bagus lagi yang kita ingat ialah hal yang menarik.
  •         Fokus belajar saat jam sekolah
Salah satu masalah belajar siswa di asrama adalah kurangnya suasana belajar. Jadi manfaatkanlah kesempatan belajar di sekolah dengan maksimal. Jangan sampai tidak memperhatikan apalagi sampai tidur. Survei juga membuktikan efektifitas kegiatan belajar mengajar disekolah besarnya sampai 80%.
  •         Sering berbagi ilmu dengan teman
Jika kita memiliki ilmu alangkah baiknya dibagi-bagikan dengan teman. Kemudian sekalian kita berbagi ilmu kita juga belajar materi yang kita ajarkan. Satu lagi, ilmu yang bermanfaat adalah pahala yang tidak putus-putus. (Prima SMAT-KN)

Delegasi Handal SMAT-KN


Gedung Sate menjadi saksi perjuangan siswa-siswi SMA Terpadu Krida Nusantara meraih penghargaan Best Performance dalam lomba simulasi ASEAN (ASEAN MODEL) 2013. Sebanyak 10 siswa-siswi Krida mampu berperan apik sebagai delegasi salah satu negara Asia Tenggara. Dengan memakai pakaian laiknya orang yang terhormat ditambah dengan kefasihan berbahasa Inggris membuat semua juri kagum akan keahlian siswa-siswi Krida. Meskipun tidak menjadi juara utama dalam turnamen ini tetapi semua guru pembimbing merasa puas. Perwakilan dari SMA Terpadu Krida Nusantara ini melewati dua tahap sebelum menjadi best performance yaitu babak penyisihan yang dilaksanakan di Aula Universitas Pasundan sementara itu Gedung Sate dipercaya menjadi tempat terselenggaranya babak Grand Final. Sekali lagi SMA Terpadu Krida Nusantara menunjukan eksistensinya. Semoga saja dengan hasil ini SMA kita yang tercinta ini dikenal oleh masyarakat. (Prima SMAT-KN)

Peacekeeper

Bukan masalah bagi kita untuk dapat ikut merubah keadaan dunia meski sedang berusia muda. Apa kalian tahu 'Peacekeeper' itu? dari terjemahan bisa kita maksudkan sebagai penjaga perdamaian. Orang-orang yang tugasnya menjaga perdamaian dunia mungkin sering kita lihat dengan pakaian layaknya tentara dan helm berwarna biru. Indonesia juga ikut dalam menjaga perdamaian dunia lho! namanya Pasukan Garuda, mereka sudah dikirim ke berbagai negara mulai dari Lebanon, Mesir, Kongo, dll. Bahkan dari awal kemerdekaan tepatnya tahun 1950-an pemberani-pemberani dari negara kita sudah menunjukan eksistensinya. Peacekeeper Indonesia juga mendapat apresiasi dari PBB atas kegigihan dan kinerjanya.
Di dunia internasional peacekeeper mendapat wewenang untuk menetralkan situasi yang sedang bergejolak. Tugas mereka tidak semerta-merta langsung menerobos ke negara lain sehingga dapat menghindari yang namanya intervensi. Apa yang mereka lakukan merupakan rekomendasi dari PBB setelah berkonsultasi dengan negara yang bersangkutan atau dengan organisasi yang terkait contoh NATO atau CSTO. Peacekeeper dipilih dari berbagai negara disesuaikan dengan kualitas serta pandangan ideologisnya.
gambar dari http://www.worldrisk.cz/four-peacekeepers-killed-in-sudan-in-ambush/
Sampai saat ini Peacekeeping Indonesia yang berada diluar negeri bukan hanya menjaga perdamaian dunia dengan membawa senjata. Mereka juga menghibur anak-anak yang sedang berada dalam tekanan serta mengadakan bakti sosial daerah setempat. Sebagai contoh kemarin prajurit TNI mempersembahkan tarian-tarian tradisional tanah air di International Sultannie Scholl-Tibnin lebanon. Sehingga citra negara kita sebagai negara humanis semakin terbukti.Mereka-mereka yang berjuang memelihara perdamaian dunia rela meninggalkan tanah air tercinta demi tugas yang diemban.Bisa kita sebut orang-orang itu adalah pahlawan-pahlawan bangsa Indonesia di zaman modern ini.
Mereka-mereka yang sedang mendapat tugas di luar negeri juga bergabung dengan penjaga perdamian dari negara lain. Ternyata Peacekeeper Indonesia memiliki kekurangan dalam penguasaan bahasa dan ilmu pengetahuan. Sehingga jarang ada yang menjadi force commander. Hal itulah yang menginspirasi pihak TNI untuk memperbaiki kualitas pusat pelatihan peacekeeper. Rencananya akan dibuat markas latihan yang lebih modern dan representatif di daerah Sentul. Bagaimanapun pembangunan peacekeeping center ini merupakan bagian dari institusi yang lebih besar yaitu The Indonesian Peace and Security Center. Dengan semua usaha tersebut diharapkan bangsa Indonesia mampu semakin berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia sekaligus mengangkat nama bangsa Indonesia. (Prima SMAT-KN)